Astaghfirullah

asma ul husna

KEAJAIBAN PERNAPASAN 1 4

MEDITASI - Manfaat & Teknik Asas Meditasi

KHUSYUK SAAT MENUNAIKAN SHALAT




Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan ang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku ersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du: Allah swt berfirman:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman  (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya”. Al-Mu’minun: 1-2

Setelah Allah menyebutkan sebagian sifat-sifat mereka, kamudian Dia menyebutkan balasan mereka:
َ
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. QS. Al-Mu’minun: 9-10 Al-Hasanul Bashri rahimhullah berkata tentang firman Allah swt:

 (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya”.

Dia berkata: Mereka khusyu’ di dalam hati mereka, maka mereka menundukkan pandangan mereka dan bersikap merendah”.

Ibnul Qoyyim berkata: Allah menggantungkan kemenangan orang-orang yang shalat dengan kekhusyu’an mereka dalam menjalankan ibadah shalat, maka hal ini menunjukkan bahwa orang yang tidak khusyu’ dalam
menjalankan ibadah shalat maka dia tidak termasuk orang yang beruntung dan seandainya dia mengharapkan pahalanya niscaya dirinya termasuk orang-orang yang beruntung”.

 Makna khusyu’ adalah ketundukan, kelembutan dan ketenangan hati. Dan apabila hati merasakan kekhusyu’an tersebut maka anggota badanpun mengikutinya. Sebab angaota badan ini mengikuti perintah hati. Dari Nu’man bin Basyir ra bahwa Nabi saw bersabda:  Ketahuilah sesungguhnya di dalam badan ini terdapat segumpal daging yang apabila dia baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila rusak maka rusaklah
seluruh bagaian jasad, ketahuilah bahwa itulah hati”.

Oleh karena itulah Nabi saw berkata di dalam shalat beliau: Pendengaran, pengelihatan, otak, tulang dan uratku khusyu’ kepadaku”.

Dari Auf bin Malik ra berkata: Pada saat kami duduk-duduk di sisi Nabi
sawpada suatu hari kemudian beliau memandang ke langit dan bersabda:
Inilah waktu diangaktnya ilmu”, lalu seorang dari kaum Anshor bernama:
Ziad bin Labid berkata kepadanya: Apakah ilmu itu akan ternagkat padahal
kami di tengah-tengah kita ada AlQur’an dan kami telah mengajarkannya
kepada anak-anak kita dan istri-istri kita wahai Rasulullah?. Rasulullah
saw bersabda: “Aku memperkirakan engkau sebagai penduduk kota
Madinah yang paling paham terhadap agama”. Kemudian beliau menyebut
kesesatan dua ahli kitab padahal mereka memiliki kitab Allah Azza Wa
Jalla. Lalu Jubair bin Nufair bertemu dengan Syaddad bin Aus di mushalla
lalu memberitahukn hadits ini dari riwayat Auf bin Malik, lalu dia berkata:
Sungguh Auf benar-benar jujur”. Kemudian dia bertanya kembali: Apakah
engkau mengetahui bagaimanakah ilmu itu terangkat?: Dia menjawab: Aku
tidak mengetahui. Dia menjawab: yaitu dengan kepergian wadah-wadahnya.
Lalu bertanya kemballi apakah engkau mengetahui ilmu apakah yang paling
pertama terangakat?. Dia melnajutkan: Berkata: Aku tidak mengetahui. Dia
menjawab: Kekhusyu’an, sehingga hamper saja engkau  tidak melihat
seorangpun yang khusyu’”.
5
 Apabila seseorang yang menjalankan shalat memasuki mesjid maka
mulailah  bisikan-bisikan, pikiran-pikiran dan kesibukan dengna perkara
dunia merasuki akal fikrannya dan dia tidak menyadari dirinya dalam
beribadah kecuali setelah imam selesai dengan shalatnya, maka apda saat
                                               
3
 Shahih Bukhari: 1/234 nno: 52 dan shahih Muslim: 3/1220 no: 1599
4
 Bagian dari hadits di dalam shahih Muslim: 1/53 no: 771
5
 Musnad Imam Ahmad: 6/26-27 5
itulah dia merugi dengan shalatnya yang tidak dikerjakan secara khusyu’
dan tidak pula merasakan manisnya beribadah, dia hanya gerakan-gerakan
yang komat-kamit mulut sama seperti jasad yang hampa dari ruh.
 Ibnul Qoyyim raohimahullah berkata: Shalat tanpa kekhusyu’an dan
kehadiran hati sama dengan jasad yang mati tanpa ruh, apakah seorang
hamba tidak malu jika dia menghadiahkan kepada orang lain sosok tubuh
yang telah membangkaia atau seorang budak wanita yang telah mati? Aku
tidak mengira bahwa hadiah ini akan memberikan nilai penghargaan bagi
hamba dari orang yang ditujunya baik raja atau gubernur atau yang
setingkat dengannya. Seperti inilah shalat yang hampa dari rasa khusyu’
dan kehadiran hati serta semangat pengbadian kepada Allah, sama seperti
hamba atau budak wanita yang mati yang akan dipersembahkan kepada
raja, maka Allah pasti tidak menerimanya sekalipun  perbuatan itu
menggugurkan kewajiban hukum duniwai, dan Allah tidak akan
memberikan pahala dengannya, sebab sesungguhnya seorang hamba tidak
akan mendapatkan pahala dari shalatnya kecuali ibadah yang dikerjakan
secar khusyu’.
6
Sebagian mereka berkata: Sesungguhnya dua orang lelaki berada dalam
suatu shalat namun keduanya berada dalam perbedaan  yang sangat jauh
sama seperti jauhnya langit dan bumi”.
7
Dari Ammar bin Yasir ra bahwa Nabi saw bersabda: bahwa sungguh
seseorang selesai menunaikan shalatnya namun dia tidak mendapatkan
pahala dari shalatnya itu kecuali sepersepuluhnya, atau sepersembilannya,
atau seperdelapannya, atau sepertujuhnya, atau seperenamnya,
seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahnya”.
8
Kekhusyu’an dalam shalat akan terjadi pada orang yang mengkhususkan
hatinya untuk shalat tersebut, hatinya tertuju kepadanya bukan kepada
yang lain dia lebih mengutamakannya atas urusan yang lain, pada saat
seperti itulah shalat menajdi penyejuk mata. Dari Anas ra bahwa Nabi saw
                                               
6
 Al-Wabilus Shayyib minal kalimit tahayyib:  halaman: 11
7
 Madrijus salikin: 1/567
8
 Sunan Abi Dawud: 1/211 no: 796 6
bersabda: Diberikan kepadaku dari perkara dunia adalah senang kepada
wanita dan minyak wangi dan ketentraman ada pada shalatku”.
9
Bahkan jika Nabi saw ditimpa kesusahan oleh sautu perkara maka beliau
mendirikan shalat dan beliau saw bersabda: Bangkitlah wahai Bilal dan
tenangkanlah kita dengan shalat”.
10
Di antara kiat-kiat agar seseorang khusyu’ dalam shalatnya adalah:
Pertama: Sesorang muslim harus menghadirkan keagungan Allah swt pada
saat shalatnya tersebut, dia berdiri di hadapan Penakluk langit dan bumi.
Allah swt berfirman:

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari
kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya Maha Suci Tuhan dan
Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. QS. Al-Zumar: 67
Kedua: Seorang muslim harus melihat ke arah tempat sujudnya dan tidak
menoleh kea rah manapun saat shalatnya.
Dari ABI Dzar ra bahwa sesungguhnya Nabi saw bersabda: Allah senantiasa
menghadap kepada hambaNya pada saat dirinya mendirikan shalat selama
dia tidak menoleh, maka apabila dia memalingkan wajahnya maka Allahpun berpaling darinya”.
11
Ketiga: Mentadabburi Al-Qur’an dan zikir-zikir yang dibacanya saat shalat.
Allah swt berfirman:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci? QS. Muhammad: 24
                                               
9
 Sunan Al-Nasa’i: 7/61 no: 3939
10
 Sunan Abu Dawud: 4/297 no: 4986
11
 Musnad Imam Ahmad: 5/172 7
Apabila seorang muslim mentadabburi zikir-zikir pada saat dia ruku’, sujud
dan yang lainnya maka hal itu akan lebih berpengaruh bagi hati dan lebih
cepat mendatangkan kekhusyu’an.
Keempat: Mengingat kematian saat shalat. Dari Abi Ayyub ra bahwa Nabi
saw bersabda: Apabila engkau mendirikan shalat maka maka shalatlah
seperti shalatnya orang yang akan berpisah”.
12
Kelima: Hendaklah seorang muslim mempersiapkan dirinya untuk shalat,
jangan sampai dia shalat dalam keadaan menahan sakit perut atau
menahan kencing atau shalat di hadapan makanan yang terhidang. Nabi
saw bersabda: Tidak boleh shalat di hadapan makanan dan tidak pula boleh
shalat saat dia menahan dua hal yang buruk (menahan kencing dan buang
air besar)”.
13
Dan hendaklah pula dia menghilangkan segala sesuatu yang bisa
menyebabkan dirinya lalai dari shalatnya seperti hiasan-hiasan, gambargambar dan yang sepertinya. Dari Aisayh ra berkata: Rasulullah saw shalat
mengenakan pakian jenis khomishah yang memiliki garis-garis lalu saat
shalat beliau melirik kepada garis-garis yang ada padanya maka Nabi saw
bersabda: Kembalikanlah kain khomisah ini kepada Abi Jahm bin Hudzaifah
dan berikanlah kepadaku kain jenis anbijani sesungguhnya dia tadi telah
melalaikanku dalam sholatku”.
14
Keenam: Berusaha mengarahkan jiwa agar dia bisa khusyu’ dalam sholat.
Khusyu’ bukan perkara yang mudah maka seseorang mesti harus bersabar
dan berusaha. Allah swt berfirman:
َ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat  baik. QS. Al-Ankabut:
69
Usaha yang terus menerus dan kesungguh-sungguhan akan mempermudah
orang mendapatkan kekhusyu’an.
                                               
12
 Bagian dari hadits di dalam Musnad Imam Ahmad: 5/412
13
 Shahih Muslim: 1/393 no: 560
14
 Shahih Bukhari: 1/141 no: 373 dan shahih Muslim: 1/391 no: 556 8
Ketujuh: Menghadirkan di dalam jiwa pahala yang akan didapatkan oleh
orang yang khusyu’ di dalam shalat. Dari Utsaman ra bahwa Nabi saw
bersabda: Tidaklah seorang muslim yang di datangi oleh shalat yang wajib,
kemudian dia baik dalam melaksanakan wudhu’, menhadirkan
kekhusyu’an dan ruku’  maka dia akan menjadi penghapus bagi dosa-dosa
yang telah dikerjakan sebelumnya, selama dia tidak pernah berbuat dosadosa besar dan hal itu terjadi selama sepanjang masa”.
15
Dan Nabi saw adalah orang yang paling banyak khusyu’nya di dalam shalat.
Abdullah bin Al-Syikkhir berkata: Aku melihat Nabi saw mendirikan shalat
dan di dalam dada beliau terdengar isak tangis seperti suara gesekan
penggiling tepung karena menangis”.
16
Dan Abu Bakr adalah seorang lelaki yang banyak menangis dikala shalat
17
sehingga dia tidak bisa memperdengarkan suara bacaannya pada saat
sholat mengimami orang. Dan Umar ra, pada saat dia  mengimami orang
dalam shalatnya dan membaca surat Yusuf maka isak tangisnya terdengar
sampai pada akhir saf dan dia membaca:

Dan Yakub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena
kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap
anak-anaknya). QS. Yusuf: 84.
18
Ibnul Qoyyim rahimhullah berkata: Manusia di dalam  masalah shlata
terbagi menjadi beberapa tingkatan:
Pertama: Tingkatan  orang yang zalim terhadap dirinya sendiri dan lalai
dengan shalatnya. Dialah orang yang shalat dengan wudhu’ yang tidak
sempurna, shalat tidak pada  waktunya, batas-batasnya dan tidak
menyempurnakan rukun-rukunnya.
Kedua: Orng yang semata-mata menjaga waktu, batas-batas shalat dan
rukun-rukunnya yang lahiriyah dan menjaga waudhu’.  Namun dia tidak
                                               
15
 Shahih Muslim: 1/206 no: 228
16
 Sunan Abu Dawud: 1/238 no: 716
17
 Shahih Bukhari: 1/236 no: 716
18
 Shahih Bukhari: 1/236  9
berusaha melawan bisikan-bisikan  maka dia terhanyut dalam bisikanbisikan dan pikiran-pikirannya di dalam shalat.
Ketiga: Barangsiapa yang menjaga batas-batas shalat dan rukun-rukunnya,
dan bersungguh-sungguh mengarahkannya jiwanya dalam melawan
bisikan-bisikan dan fikiran-fikiran yang menggoda di dalam shalatnya,
maka dengan hal tersebut sesungguhnya dia telah menyibukkan dirinya
dalam menghadapi musuhnya agar musuhnya itu tidak mencuri shalatnya,
maka dengan seperti ini dia berada dalam sholat dan jihad.
Keempat:Orang yang apabila bangkit menunaikan shalat maka dia
menyempurnakan hak-hak, rukun-rukun dan aturan-atauran shalat,
hatinya dikerahkan untuk menjaga tuntutan-tuntutan shalat, agar dia tidak
menyia-nyiakan sedikitpun dari ibadah shalatnya, bahkan seluruh potensi
dan semangatanya tercurah untuk menyempurnakan penegakan shalat
sebagaimana mestinya, maka dengan ini sungguh hatinya telah terarah
pada perkara shalat
dan ubudiyahnya kepada Allah swt.
Kelima: Orang yang bangkit menegakkan shalat dengan cara seperti di atas,
bersamaan dengan itu dia hatinya tertumpah di hadapan Allah Azza Wa
Jalla, dia melihat Allah dan menyadari akan pengawasan Allah, hatinya
cinta kepadaNya dan mengagungkanNya sekan dia melihat Allah, semua
bisikan dan lintasan-lintasan pikirante telah terhapus, telah terangkat
dinding antara dirinya dan TuhanNya, maka orang yang seperti ini di dalam
perkara shalat lebih utama dan lebih agung dari pada jarak yang
memisahkan langit dan bumi, orang yang seperti ini  sedang sibuk dengan
bermunajat kepada Tuhannya swt di dalam shalatnya.
Golongan pertama akan disiksa, golongan kedua akan dihisab, golongan ke
tiga menghapuskan keajiban, golongan keempat diberi pahala, dan golongan
ke lima mendekat kepada  Tuhannya, sebab dia termsuk golongan orang
yang menjadikan shalat sebagai perlipur lara bagi hatinya, maka
barangsiapa yang hatinya senang dengan shalatnya di dunia maka dia akan
senang dengan kedekatannya kepada Allah pada hari kiamat kelak, dan dia
juga akan senang di dunia, dan barangsiapa yang hatinya senang dengan
Allah maka setiap mata akan senang dengannya namun barangsiapa yang 10
hatinya tidak senang dengan Allah swt maka jiwanya  akan tercerai berai
atas dunia ini dengan berbagai kerugian”.
19
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan
shahabatnya.
                                               

 AL-Wabilus Shayyib mnial kalimit thayyib, halaman: 34-35

(islamhouse.com)



ISLAMIC MEDITATION EBOOK